Selasa, 17 April 2012

EKSISTENSI SUMEDANG DI ERA REFORMASI


EKSISTENSI SUMEDANG DI ERA REFORMASI
(Refleksi Menjelang Hari Jadi Kabupaten Sumedang Ke-434)
Oleh Dudih Sutrisman

            Sumedang, sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Priangan Timur yang masuk ke dalam teritorial Provinsi Jawa Barat memiliki warna tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Sumedang bisa dibilang adalah cikal bakal wilayah Provinsi Jawa Barat sekarang, bagaimana tidak, dalam sejarahnya Sumedang pernah memiliki wilayah kekuasaan yang meliputi hamper seluruh wilayah Jawa Barat.
            Jauh sebelum umur Sumedang yang menjelang angka 434 tahun ini, nama daerah ini sudah mewarnai sejarah namun dengan nama yang agak sedikit berbeda. Yakni Kerajaan Sumedang Larang yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Aji Putih. Nama Sumedang sendiri diberikan oleh Prabu Tadjimalela, keturunan Prabu Aji Putih. Dimana Prabu Tadjimalela pernah berkata Insun Medal, Insun Madangan yang artinya aku dilahirkan, aku menerangi. Kata Insun Medal tercetak dalam logo Pemerintah Kabupaten Sumedang saat ini. Cikal bakal nama Sumedang adalah dari kata “Insun Madangan” yang apabila diucapkan dengan nada cepat maka akan menghasilkan kata “Sunmadang”, seiring berjalannya waktu nama ini berubah kembali menjadi “Sumedang” dan dipakai sebagai nama kerajaan yang kelak menjadi penguasa jawa barat, itulah Kerajaan Sumedang Larang.
            Lalu darimana angka 434 tahun itu didapat jika ternyata Sumedang sudah berdiri jauh sebelumnya dan umurnya pun pasti lebih tua daripada angka yang disebutkan diatas? Mari kita telisik lebih jauh lagi. Pemerintah Sumedang yang telah melakukan kajian mendalam tentang hari jadi Sumedang bersama Yayasan Pangeran Sumedang (YPS), tempat bernaungnya keturunan raja-raja Sumedang Larang dengan dibantu oleh para ahli sejarah sepakat mengakui bahwa Sumedang dilahirkan pada tanggal 22 April 1578 saat empat orang punggawa Kerajaan Pajajaran utusan Prabu Siliwangi menyerahkan Mahkota Binokasih dan pusaka kerajaan Pajajaran lainnya kepada Prabu Geusan Ulun, raja Sumedang Larang kala itu. Pada jaman kerajaan, penyerahan mahkota sebagai symbol raja dan kekuasaannya mengandung makna, bahwa kerajaan yang pusakanya diserahkan kepada kerajaan lain mengakui dan tunduk pada kerajaan yang diserahi mahkota dan pusaka tersebut. Sehingga dengan penyerahan pusaka Pajajaran kepada Raja Sumedang Larang berarti bahwa seluruh wilayah kerajaan Pajajaran menjadi wilayah Kerajaan Sumedang Larang, sehingga sejak saat itulah wilayah kerajaan Sumedang Larang meliputi sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Barat saat ini.
            Era yang disebutkan diatas adalah masa kejayaan Sumedang hingga pada saat Pangeran Rangga Gempol mengakui kebesaran Kerajaan Mataram Islam dibawah pimpinan Sultan Agung Anyokrokusumo yang mengakhiri masa keemasan kerajaan Sumedang seiring dengan berubahnya sistem pemerintahannya sebagai sebuah Kabupaten yang wilayahnya pun menyusut tajam, bukan Kerajaan lagi, namun masih dipimpin oleh keturunan Raja Sumedang Larang hingga tahun 1946, kala akhir pemerintahan bupati Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata (Dalem Aria) yang menutup era pemerintahan bupati Sumedang keturunan raja-raja Sumedang.
            Sumedang yang terkenal sebagai kota Tahu, pernah memiliki catatan dan pengaruh besar dalam dunia politik di masa silam. Sumedang pun produktif menghasilkan orang-orang besar yang pernah menduduki posisi penting di negeri ini. Siapa yang tak kenal Umar Wirahadikusumah? Beliau adalah wakil Presiden pada era Orde Baru dan beliau kelahiran Situraja,. Sumedang. Beliau adalah salah satu potret inohong asal Sumedang.
            Sumedang pun memiliki banyak tokoh yang berkecimpung di berbagai bidang. Di bidang entertainment orang mengenal nama-nama kelahiran Sumedang seperti almarhum Kusmayatna Kusumadinata (Kang Ibing), Sri Rossa Rosliani Handiyani (Rossa), dan masih banyak lagi. Jika ditarik lebih dalam lagi, Sumedang adalah daerah kelahiran banyak tokoh akademisi intelektual kampus yang rata-rata sudah bergelar sebagai Guru Besar atau professor di berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia.
            Dengan berbagai potensi yang ada, Sumedang seharusnya mampu memiliki pemimpin asal daerah tersebut. Mengingat bupati Sumedang saat ini bukanlah orang Sumedang. Memang diakui saat era Reformasi, Sumedang yang melaksanakan Pemilu demokratis pertama pada tahun 2003 saat bupati H. Misbach habis masa jabatannya belum memiliki figur daerah yang dianggap mampu menjadi kepala daerah Sumedang sehingga banyak calon yang maju adalah bukan orang Sumedang itu sendiri..
            Seiring berjalannya waktu, tatkala digagasnya “Sumedang Puseur Budaya Sunda” yang menonjolkan nilai-nilai kesundaan dan kedaerahan, muncullah wacana mengenai putra daerah. Pemilu 2008, diwarnai oleh banyaknya putra daerah yang maju sebagai calon bupati namun tetap dimenangi oleh incumbent yang notabene bukan putra daerah namun dapat memenangi pemilu dengan mesin parpolnya yang cukup efektif. Gagasan “Sumedang Puseur Budaya Sunda” yang memiliki nilai filosofis tinggi secara tidak langsung telah menumbuhkan rasa kebanggaan dan rasa memiliki dalam jiwa masyarakat pada umumnya dan generasi muda Sumedang dimanapun berada pada khususnya.
            Generasi muda Sumedang saat ini mulai menggeliat dalam berbagai bidang. Semakin banyak organisasi kepemudaan yang muncul dengan mengusung tema memajukan Sumedang. Yang patut diacungi jempol dan disambut positif adalah munculnya organisasi yang digagas oleh kalangan pemimpin OSIS di Sumedang dengan nama Forum OSIS Sumedang (FOS) yang kemudian bermetamorfosis menjadi Persatuan OSIS Sumedang Tandang (POST) yang sudah mulai mampu berbicara banyak sampai ke kancah nasional dengan turut andilnya organisasi ini dalam pembentukan Forum OSIS Nasional (FON) yang dideklarasikan di Universitas Indonesia. POST ini banyak melakukan kegiatan yang pada intinya melatih para pelajar di Sumedang mengenai Softskill yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang untuk turut membangun Sumedang sesuai dengan jargonnya “Sumedang butuh kami untuk berubah Di kalangan kampus sendiri mulai banyak organisasi ekstra kampus untuk mahasiswa asal Sumedang dibentuk. Kesemuanya adalah bukti bahwa generasi muda Sumedang mampu memberikan harapan besar bagi kemajuan Sumedang di masa yang akan datang.
            Sumedang yang produktif dalam hal Sumber Daya Manusianya dan didukung oleh potensi Sumber Daya Alamnya yang melimpah serta kondisi perekonomian, dan keamanannya yang stabil seharusnya mampu berbicara lebih banyak lagi dalam kancah regional sebagaimana layaknya dulu Sumedang disegani oleh daerah lain. Dengan keteguhan, kemantapan, kemauan dan loyalitas yang tinggi dari generasi muda Sumedang yang suatu saat akan menggantikan tongkat estafet kepemimpinan Sumedang di masa yang akan datang maka kita harus yakin bahwa Sumedang BISA sejajar dan bahkan melampaui prestasi daerah lain dalam segala bidang sebagai daerah otonom yang maju.

Dirgahayu Kabupaten Sumedang ke-434 Tahun

1 komentar: