EKSISTENSI SUMEDANG DI ERA REFORMASI
(Refleksi
Menjelang Hari Jadi Kabupaten Sumedang Ke-434)
Oleh
Dudih Sutrisman
Sumedang, sebuah kabupaten yang
terletak di wilayah Priangan Timur yang masuk ke dalam teritorial Provinsi Jawa
Barat memiliki warna tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Sumedang
bisa dibilang adalah cikal bakal wilayah Provinsi Jawa Barat sekarang,
bagaimana tidak, dalam sejarahnya Sumedang pernah memiliki wilayah kekuasaan
yang meliputi hamper seluruh wilayah Jawa Barat.
Jauh sebelum umur Sumedang yang
menjelang angka 434 tahun ini, nama daerah ini sudah mewarnai sejarah namun
dengan nama yang agak sedikit berbeda. Yakni Kerajaan Sumedang Larang yang
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Aji
Putih. Nama Sumedang sendiri diberikan oleh Prabu Tadjimalela, keturunan Prabu
Aji Putih. Dimana Prabu Tadjimalela pernah berkata Insun Medal, Insun Madangan yang artinya aku dilahirkan, aku
menerangi. Kata Insun Medal tercetak dalam logo Pemerintah Kabupaten Sumedang saat ini. Cikal bakal nama Sumedang adalah dari kata “Insun Madangan” yang
apabila diucapkan dengan nada cepat maka akan menghasilkan kata “Sunmadang”,
seiring berjalannya waktu nama ini berubah kembali menjadi “Sumedang” dan
dipakai sebagai nama kerajaan yang kelak menjadi penguasa jawa barat, itulah
Kerajaan Sumedang Larang.
Lalu darimana angka 434 tahun itu
didapat jika ternyata Sumedang sudah berdiri jauh sebelumnya dan umurnya pun
pasti lebih tua daripada angka yang disebutkan diatas? Mari kita telisik lebih
jauh lagi. Pemerintah Sumedang yang telah melakukan kajian mendalam tentang
hari jadi Sumedang bersama Yayasan Pangeran Sumedang (YPS), tempat bernaungnya
keturunan raja-raja Sumedang Larang dengan dibantu oleh para ahli sejarah
sepakat mengakui bahwa Sumedang dilahirkan pada tanggal 22 April 1578 saat
empat orang punggawa Kerajaan Pajajaran utusan Prabu Siliwangi menyerahkan
Mahkota Binokasih dan pusaka kerajaan Pajajaran lainnya kepada Prabu Geusan
Ulun, raja Sumedang Larang kala itu. Pada jaman kerajaan, penyerahan mahkota
sebagai symbol raja dan kekuasaannya mengandung makna, bahwa kerajaan yang
pusakanya diserahkan kepada kerajaan lain mengakui dan tunduk pada kerajaan
yang diserahi mahkota dan pusaka tersebut. Sehingga dengan penyerahan pusaka
Pajajaran kepada Raja Sumedang Larang berarti bahwa seluruh wilayah kerajaan
Pajajaran menjadi wilayah Kerajaan Sumedang Larang, sehingga sejak saat itulah
wilayah kerajaan Sumedang Larang meliputi sebagian besar wilayah Provinsi Jawa
Barat saat ini.
Era yang disebutkan diatas adalah
masa kejayaan Sumedang hingga pada saat Pangeran Rangga Gempol mengakui
kebesaran Kerajaan Mataram Islam dibawah pimpinan Sultan Agung Anyokrokusumo
yang mengakhiri masa keemasan kerajaan Sumedang seiring dengan berubahnya
sistem pemerintahannya sebagai sebuah Kabupaten yang wilayahnya pun menyusut
tajam, bukan Kerajaan lagi, namun masih dipimpin oleh keturunan Raja Sumedang
Larang hingga tahun 1946, kala akhir pemerintahan bupati Tumenggung Aria Suria
Kusumah Adinata (Dalem Aria) yang menutup era pemerintahan bupati Sumedang
keturunan raja-raja Sumedang.
Sumedang yang terkenal sebagai kota
Tahu, pernah memiliki catatan dan pengaruh besar dalam dunia politik di masa
silam. Sumedang pun produktif menghasilkan orang-orang besar yang pernah
menduduki posisi penting di negeri ini. Siapa yang tak kenal Umar
Wirahadikusumah? Beliau adalah wakil Presiden pada era Orde Baru dan beliau
kelahiran Situraja,. Sumedang. Beliau adalah salah satu potret inohong asal Sumedang.
Sumedang pun memiliki banyak tokoh
yang berkecimpung di berbagai bidang. Di bidang entertainment orang mengenal nama-nama kelahiran Sumedang seperti
almarhum Kusmayatna Kusumadinata (Kang Ibing), Sri Rossa Rosliani Handiyani
(Rossa), dan masih banyak lagi. Jika ditarik lebih dalam lagi, Sumedang adalah
daerah kelahiran banyak tokoh akademisi intelektual kampus yang rata-rata sudah
bergelar sebagai Guru Besar atau professor di berbagai perguruan tinggi ternama
di Indonesia.
Dengan berbagai potensi yang ada,
Sumedang seharusnya mampu memiliki pemimpin asal daerah tersebut. Mengingat bupati
Sumedang saat ini bukanlah orang Sumedang. Memang diakui saat era Reformasi,
Sumedang yang melaksanakan Pemilu demokratis pertama pada tahun 2003 saat
bupati H. Misbach habis masa jabatannya belum memiliki figur daerah
yang dianggap mampu menjadi kepala daerah Sumedang sehingga banyak calon yang
maju adalah bukan orang Sumedang itu sendiri..
Seiring berjalannya waktu, tatkala
digagasnya “Sumedang Puseur Budaya Sunda” yang menonjolkan nilai-nilai
kesundaan dan kedaerahan, muncullah wacana mengenai putra daerah. Pemilu 2008,
diwarnai oleh banyaknya putra daerah yang maju sebagai calon bupati namun tetap
dimenangi oleh incumbent yang
notabene bukan putra daerah namun dapat memenangi pemilu dengan mesin parpolnya
yang cukup efektif. Gagasan “Sumedang Puseur Budaya Sunda” yang memiliki nilai
filosofis tinggi secara tidak langsung telah menumbuhkan rasa kebanggaan dan
rasa memiliki dalam jiwa masyarakat pada umumnya dan generasi muda Sumedang
dimanapun berada pada khususnya.
Generasi muda Sumedang saat ini
mulai menggeliat dalam berbagai bidang. Semakin banyak organisasi kepemudaan
yang muncul dengan mengusung tema memajukan Sumedang. Yang patut diacungi
jempol dan disambut positif adalah munculnya organisasi yang digagas oleh
kalangan pemimpin OSIS di Sumedang dengan nama Forum OSIS Sumedang (FOS) yang
kemudian bermetamorfosis menjadi Persatuan OSIS Sumedang Tandang (POST) yang
sudah mulai mampu berbicara banyak sampai ke kancah nasional dengan turut
andilnya organisasi ini dalam pembentukan Forum OSIS Nasional (FON) yang
dideklarasikan di Universitas Indonesia. POST ini banyak melakukan kegiatan
yang pada intinya melatih para pelajar di Sumedang mengenai Softskill yang akan dibutuhkan di masa
yang akan datang untuk turut membangun Sumedang sesuai dengan jargonnya “Sumedang butuh kami untuk berubah” Di kalangan kampus sendiri mulai banyak
organisasi ekstra kampus untuk mahasiswa asal Sumedang dibentuk. Kesemuanya
adalah bukti bahwa generasi muda Sumedang mampu memberikan harapan besar bagi
kemajuan Sumedang di masa yang akan datang.
Sumedang yang produktif dalam hal
Sumber Daya Manusianya dan didukung oleh potensi Sumber Daya Alamnya yang
melimpah serta kondisi perekonomian, dan keamanannya yang stabil seharusnya
mampu berbicara lebih banyak lagi dalam kancah regional sebagaimana layaknya
dulu Sumedang disegani oleh daerah lain. Dengan keteguhan, kemantapan, kemauan
dan loyalitas yang tinggi dari generasi muda Sumedang yang suatu saat akan
menggantikan tongkat estafet kepemimpinan Sumedang di masa yang akan datang
maka kita harus yakin bahwa Sumedang BISA
sejajar dan bahkan melampaui prestasi daerah lain dalam segala bidang
sebagai daerah otonom yang maju.
Dirgahayu Kabupaten Sumedang ke-434 Tahun
Jayalah Sumedang ku!
BalasHapus