Oleh Dudih Sutrisman
Kabupaten Sumedang,
sebuah wilayah yang terletak di wilayah Priangan Timur yang masuk ke dalam
teritorial Provinsi Jawa Barat memiliki warna tersendiri dalam perjalanan
sejarah bangsa ini. Sumedang boleh dibilang adalah cikal bakal wilayah Provinsi
Jawa Barat sekarang, bagaimana tidak, dalam sejarahnya Sumedang pernah memiliki
wilayah kekuasaan yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Barat.
Dengan catatan
sejarahnya itulah maka kultur budaya sunda melekat sebagai identitas masyarakat
sumedang yang dimasa silam adalah pewaris kerajaan sunda. Konsep Sumedang
Puseur Budaya Sunda (SPBS) yang digaungkan pemerintah daerah sumedang sudah
sepantasnya mendapat apresiasi dari seluruh lapisan masyarakat. Konsep demikian
sampai saat ini hanya berupa slogan dengan kegiatan formalitas semata, tidak
dengan upaya aplikasi nyata dalam kultur kehidupan masyarakat sumedang.
Sumedang memiliki
sejumlah tempat wisata andalan. Namun sayangnya, fasilitas dan infrastruktur
yang ada diwilayah itu belum memadai dan fokus pemerintah belum maksimal ke
sector wisata tersebut. Penyumbang pendapatan daerah terbesar sumedang
disamping dari pajak juga didapat dari usaha pertambangan pasir yang marak di
sejumlah wilayah sumedang utamanya di kaki gunung tampomas. Padahal dampak yang
dihasilkan dari pertambangan itu juga cukup besar dan sistemik dimana sejumlah
infrastruktur jalan di wilayah sumedang hancur akibat dilewati oleh truk-truk pasir
dengan tonase yang melebihi batas kemampuan jalan tersebut dan masyarakat
terganggu aktivitasnya akibat polusi tambang yang dihasilkan.
Hal demikian
membuktikan bahwa konsep Sumedang Puseur Budaya Sunda belum diterapkan dalam
kultur pembangunan di sumedang. Semestinya apabila benar-benar menyandang dan
menjunjung tinggi budaya maka pembangunan yang ada selaras dengan pemeliharaan
lingkungan alam bukan malah merusaknya. Bukti lain yang membuktikan
ketidakkonsistenan pemerintah sumedang pada konsep itu adalah adanya
pembangunan Saung Budaya Sumedang di Jatinangor yang pada awalnya dipersiapkan
sebagai etalase budaya sumedang dimana disana akan ditampilkan beragam produk
budaya sumedang. Sekarang saung itu malah bermetamorfosis menjadi wilayah
komersial dengan beralih fungsi menjadi rumah makan dan sejenisnya.
Pembangunan jalan tol
Cisumdawu yang melintasi wilayah Sumedang akan menjadi sebuah keuntungan tapi
juga akan menjadi sebuah kerugian besar jika tidak diimbangi dengan kesiapan
pembangunan di wilayah sumedang. Jalan tol tersebut pastinya akan mengurangi
tingkat kepadatan kendaraan yang melintasi wilayah dalam kota sumedang, jika
pemerintah sumedang tidak memiliki persiapan yang matang maka dapat dipastikan
bahwa sumedang akan menjadi seperti kota mati.
Menurut penulis, tidak
ada salahnya pemerintah sumedang melakukan inovasi terhadap konsep SPBS dengan
benar-benar menerapkannya pada sector jasa pariwisata. Agar sumedang sumedang
memperoleh keuntungan dari adanya jalan tol cisumdawu sudah selayaknya
pemerintah memperhatikan sector pariwisata. Konsep wisatanya didesain
sedemikian rupa sehingga nilai-nilai budaya sunda dapat ditampilkan pada
wisatawan.
Tempat wisata di
sumedang seperti kampong toga, nangorak, gunung kunci dan lain sebagainya baik
itu wisata alam, wisata ziarah, wisata religi atau yang lainnya dikemas
semenarik mungkin dengan dimaksimalkan pada sisi budayanya. Masyarakat yang
tinggal di sekitar wilayah itu juga diberi penyuluhan dan pelatihan
kepariwisataan dengan menekankan pada upaya penanaman sadar budaya sunda
sehingga masyarakat di sana dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang
datang dengan sikap karakter budaya sunda.
Pengembangan dan
revitalisasi pariwisata sangat penting bagi sumedang, apabila sector pariwisata
ini dikembangkan dengan baik maka akan menghasilkan lapangan kerja baru yang
inovatif bagi masyarakat sumedang seperti lapangan kerja di bidang event organizer cultures, kerajinan
tradisional, kesenian dan lain sebagainya. Dengan demikian konsep Sumedang
Puseur Budaya Sunda akan menghasilkan Masyarakat Jasa Sumedang Berbasis Budaya.
Tinggal niat dan progress dari pemda sumedang terhadap seperti ini yang akan
mendukung dari aspek legalitas dan aspek lainnya.
Pembangunan jalan tol
cisumdawu dan hajatan pilkada sumedang bisa dijadikan sebagai momentum untuk
merealisasikan konsep sumedang puseur budaya sunda dengan menciptakan
masyarakat sumedang yang maju dengan tetap memegang teguh nilai-nilai luhur
dari falsafah budaya sunda.
Sae tah saran-na. Mudah-mudahan wae atuh tiasa dugi ka gegeden Sumedang.
BalasHapusMung sapertosna mah henteu tiasa ngandelkeun gegeden (pajabat) Sumedang. Kedah aya pangrojong atanapi anu ngokojoan ti masarakatna...
muhun mudah-mudahan dugi ka para gegeden sumedang, atanapi para calon bupati/wakil bupati.hhe....tah leres ku kituna mah, peran masyarakat oge saleresna mah penting pisan dina ngarojong pangwangunan di Sumedang, da nu paling ngarasakeun hasilna mah pan masyarakat... :)
HapusHaturnuhun janten nambihan sumanget kangge ngaguarna.. mangga urang kedah sasarengan.. sadaya pihak kedah terlibat jeung dilibat keun supados ngajantenkeun hasil anu maksimal kang.. rahayu
BalasHapussami-sami kang...hatur nuhun oge parantos diapresiasi...sumuhun kang, pelibatan sadaya unsur nu aya teh penting pisan pami urang hoyong ngawujudkan konsep SPBS dina gerak nyata nu nyentuh ka masarakatna, ngawujudkeun konsep masyarakat jasa nu berbasis budaya di sumedang...
Hapus