Oleh Dudih
Sutrisman
Insun Medal, Insun Madangan
Kaula Bijil Nyaangan
Ceuk Uga Sumedang teh ngarangrangan
Kiwari Sirungan Deui
(Petikan Sajak Dalam Buku “Sajarah Sumedang” karya
E. Kosmajadi)
Pemilihan Kepala Daerah atau dikenal
sebagai Pilkada merupakan sebuah pesta demokrasi paripurna bagi rakyat suatu
daerah untuk memilih secara langsung kepala daerah tersebut. Otonomi Daerah
atau pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah merupakan sebuah sistem yang
memberikan kebebasan seluas-luasnya pada daerah untuk menggali setiap potensi
dan mengelola segala hal untuk kepentingan daerah tersebut.
Sistem demikian merupakan sebuah
efek dari cita-cita reformasi yang mengkritisi sistem sentralisasi yang
diterapkan pada jaman orde baru. Dengan adanya otonomi daerah, keran kebebasan
dibuka seluas-luasnya, orang berbondong-bondong mendaftarkan dirinya untuk
menjadi kepala daerah terlepas dari motif yang melatarbelakanginya.
Otonomi daerah membuat daerah yang
bersangkutan memiliki hak untuk mengatur daerahnya dengan alasan demi
pembangunan. Namun apa yang terjadi saat ini? Otonomi daerah membuat para
kepala daerah tak segan-segan untuk membuka banyak keran yang mendatangkan
pendapatan bagi daerahnya sekalipun itu harus mengorbankan lingkungan hidup.
Sumedang adalah salah satu daerah
otonom yang kini harus mengalami degradasi lingkungan. Alam nan asri yang dulu
merupakan ciri khas sumedang dengan kehijauan alam, kesejukan, keteduhan
lingkungannya kini hanya sekadar cerita. Udara panas nan menyengat, pantulan
sinar matahari nan menyilaukan, dan penurunan kualitas udara menjadi cerita
yang banyak beredar saat ini. Bhoemi Sumedang Larang, pewaris kerajaan Sunda
Pajajaran ini sedang menyiapkan sebuah pesta demokrasi untuk memilih kepala
daerah yang baru. Kepemimpinan bupati Don Murdono akan segera berakhir, periode
2008-2013 merupakan periode kedua jabatan beliau sehingga beliau dipastikan
tidak akan dapat maju kembali.
Bak kue manis yang menggiurkan, pada
pilkada sumedang ini banyak orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai calon
bupati sumedang dengan beragam slogan yang dibuat untuk meyakinkan para pemilih
dan dengan beragam pose yang dinilai bisa menjual dan mengangkat
popularitasnya. Beberapa diantaranya terdapat nama pemain lama yang pernah
bertarung dalam pilkada sebelumnya.
Namun
dari semua calon tersebut penulis rasa belum ada satu pun yang concern pada isu kerusakan lingkungan,
belum ada yang mengusung perbaikan lingkungan yang ada malah menjanjikan
beragam program yang berfokus pada perbaikan sector non-lingkungan.
Beberapa waktu yang lalu, sebuah
stasiun televisi swasta nasional menayangkan sebuah program acara yang mengupas
secara mendalam kerusakan lingkungan yang terjadi di Kabupaten sumedang.
Mengambil lokasi di kawasan pertambangan pasir yang sudah semakin besar cakupan
wilayah dan lubang tambangnya. Acara demikian membuktikan bahwa perubahan
lingkungan di Sumedang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat sumedang melainkan
juga dirasakan oleh orang luar daerah.
Kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi besar-besaran pertambangan pasir
ini memberikan dampak sistemik terhadap sektor lainnya, infrastruktur jalan di
Sumedang sudah sangat buruk bahkan jalan di depan gedung pusat pemerintahan
Sumedang pun mengalami kerusakan sangat parah akibat lalu lintas kendaraan
besar pengangkut pasir dengan tonase yang diluar batas kekuatan aspal jalan
tersebut, beragam penyakit ISPA pun mengintai masyarakat Sumedang akibat debu
pasir yang beterbangan.
Jika kita berbicara tentang
pemasukan daerah, maka bisa dijawab bahwa diakui, usaha pertambangan itu
memberikan pemasukan yang besar pada kas daerah. Namun apakah sebanding dengan
dampak yang ditimbulkan? Jawabannya adalah Tidak! Percuma saja apabila
pemasukan besar, namun biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak yang
diakibatkannya juga besar pula.
Momentum Pemilihan Kepala Daerah
Sumedang yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 haruslah menjadi titik balik
bagi Sumedang untuk menggelorakan pembangunan berkelanjutan berbasis
lingkungan, perbaiki lingkungan alam sumedang yang sudah rusak ini, buat para
pendiri Sumedang tersenyum melihat Sumedang rindang dan hijau kembali. Siapapun
itu Bupati sumedang yang terpilih kelak, hendaklah menjadi tokoh yang mampu
melakukan perubahan konsep dasar pembangunan di sumedang sehingga lebih
berorientasi pada lingkungan bukan pada profit semata. Yakinilah bahwa apabila
lingkungan sudah baik, maka segala aspek yang ingin dicapai pun akan terlaksana
dengan baik. Ayo Perbaiki Lingkungan dan Hentikan Perusakan Lingkungan!
Pangagung jeung rahayatna runtut raut sauyunan
Dina ngudag kamajuan
Singkil sabilulungan ngalaksanakeun pangwangunan
Bari nyekel deleg agama jeung darigama
Dibarung jejer: “ Sumedang Tandang Nyandang
Kahayang”
(Petikan Sajak Dalam Buku “Sajarah Sumedang” karya
E. Kosmajadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar