Minggu, 21 Juli 2013

GELAR PAHLAWAN NASIONAL UNTUK PANGERAN ARIA SOERIA ATMADJA (BUPATI SUMEDANG 1883 – 1919)



Oleh Dudih Sutrisman




          Pengusulan nama Pangeran Aria Soeria Atmadja atau terkenal dengan nama Pangeran Mekah menjadi Pahlawan Nasional sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2011. Namun namanya harus tertunda menjadi Pahlawan Nasional, untuk mengenal lebih dekat dengannya yuk kita simak siapa sih sebenarnya Pangeran Aria Soeria Atmadja ini.
Pangeran Aria Soeria Atmadja
Pangeran Suria Atmadja atau Pangeran Mekkah adalah Bupati Sumedang ke-20 . Setelah Pangeran Suria Kusumah Adinata wafat, beliau digantikan oleh putranya yang bernama Raden Sadeli. Raden Sadeli dilahirkan di Sumedang pada tanggal 11 Januari 1851 . Sebelum menjadi bupati Sumedang Raden Sadeli adalah Patih Afdeling Sukapura Kolot di Mangunreja. Pada tanggal 31 Januari 1883 diangkat menjadi bupati Sumedang dengan memakai gelar Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919).
Pangeran Suria Atmadja adalah bupati sumedang terakhir yang mendapat gelar Pangeran, sehingga disebut pangeran panungtung (Terakhir). Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki disiplin pribadi yang tinggi dan ketat. Kewibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber yakni :
a. Kedudukannya sebagai bupati.
b. Patuh dan taqwa dalam agama.
c. Kepemimpinannya yang tinggi.
d. Displin yang tinggi.
Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain :
1. BIDANG PERTANIAN
Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit.
2. BIDANG PERTERNAKAN
Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul.
3. BIDANG PERIKANAN
Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang.
4. BIDANG KEHUTANAN.
Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus.
5. BIDANG KESEHATAN.
Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya.
6. BIDANG PENDIDIKAN
Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon.
7. BIDANG PEREKONOMIAN
Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa.
8. BIDANG POLITIK
Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari.
9. BIDANG KEAGAMAAN
Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini
10. BIDANG KEBUDAYAAN
Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng.
11. BIDANG LAINNYA
Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling.

Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial :
  • ·         Bisluit Gupernamen 21 Agustus 1898, menerima BINTANG EMAS"
(GOULDEN MEDAILLE)
  • ·         Bisluit Gupernamen 31 Agustus 1898, menerima gelar "ADIPATI"
sebutannya menjadi Raden Adipati Soeria Atmadja
  • ·         Bisluit Sri Maha Ratu Nederland (Koninklijk Besluit) 27 Agustus
1903 menerima Bintang "OFFICIER DER ORDE VAN ORANJE
NASSAU"
  • ·         Bisluit Gupernamen 26 Agustus 1906, menerima gelar "ARIA"
sebutannya Raden Adipati Aria Soeria Atmadja.
  • ·         Bisluit Gupernamen 26 Agustus 1910, menerima gelar
"PANGERAN" dan mendapat Payung "Songsong Jene", predikatnya
Pangeran Met de vergulde pajong, sebutannya menjadi
Pangeran Aria Soeria Atmadja"
  • ·         Menurut Sri Ratu Nederland (Koninklijk Besluit) 17 september
1918 menerima anugrah "Bintang Agung, Ridder Der Orde Van
De Nederlandsche Leeuw" Bintang Penghargaan paling tertinggi.

Pangeran Aria Soeria Atmadja di Keraton Sumedang
Pada masa pemerintahannya, tepatnya bulan Juli 1907 Cut Nyak Dhien dibawa ke Sumedang oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada waktu Cut Nyak Dhien ditemani oleh dua orang yakni Panglima dan Teuku Nana. Selama berada di Sumedang, Cut Nyak Dhien ditempatkan oleh pangeran Aria Soeria Atmadja di rumah Haji Sanusi di belakang Mesjid Agung Sumedang dan segala kebutuhan beliau dicukupi dengan baik oleh sang bupati hingga Cut Nyak Dhien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh Sumedang.
Pada Tahun 1919 Pangeran Aria Soeria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang. Pangeran Aria Soeria Atmadja wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dan dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga beliau terkenal dengan nama pangeran Mekah. Pada saat pemakamannya Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melakukan penghormatan secara Upacara Militer. Untuk menghormati jasa-jasanya didirikan sebuah monumen Lingga di tengah alun-alun Sumedang yang diresmikan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda D. Fock.
Demikian sekilas kisah tentang Pangeran Aria Soeria Atmadja, seorang pangeran yang banyak memberikan sumbangsih pemikirannya dan tindakan-tindakannya sebagai batu pijakan bagi kemerdekaan Indonesia kelak. Jasanya yang besar bagi perkembangan kaum pribumi di tengah masa penjajahan patutlah untuk diberi apresiasi dan beliau layak menjadi seorang Pahlawan Nasional.

PERGERAKAN MAHASISWA YANG IDEAL



Oleh Dudih Sutrisman

Gerakan Mahasiswa adalah suatu nama yang selalu mewarnai perjalanan politik negara Indonesia. Seperti kita ketahui dalam sejarah kenegaraan, gerakan mahasiswa pernah muncul dan membahana tatkala TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) sedang ramai-ramainya pada tahun 1960-an. Gerakan Mahasiswa kerap ambil bagian dalam proses penggantian kepemimpinan nasional yang kemudian mencapai titik klimaksnya pada 1998, saat tuntutan Reformasi berkumandang.
Kini telah lewat dari 10 tahun, apa yang terjadi pada pergerakan mahasiswa Indonesia pasca Reformasi? Mahasiswa kembali ke kampusnya masing-masing dan pergerakan mahasiswa boleh dikatakan agak melemah dengan segala permasalahan yang ada. Sangat jarang bagi kita untuk dapat menyaksikan seluruh elemen mahasiswa melakukan suatu gerakan yang satu, sebab mahasiswa kini sudah mulai disibukkan oleh tuntutan akademis semata.               
Image : mutiamanarisa.wordpress.com
Melemahnya pergerakan mahasiswa ini pun banyak dilatarbelakangi oleh melemahnya budaya literasi di kalangan mahasiswa yang pada akhirnya membuat kritisme pemikiran terhadap keadaan sekelilingnya pun turut melemah. Budaya literasi yang dimaksud adalah Membaca, Menulis dan Berdiskusi. Dengan membaca, baik itu dari media cetak maupun media online di luar materi perkuliahan akan membuat khazanah pengetahuan bertambah serta akan membuat aktivis tersebut mampu untuk mengolah pemikirannya. Aktivis yang baik adalah aktivis yang mampu membaca fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungannya yang oleh orang lain tidak atau belum pernah terpikirkan sebelumnya. Kritisme seorang aktivis akan berjalan jika aktivis tersebut mampu membaca bahwa telah terjadi suatu ketidaksesuaian pada kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga universitas maupun di luar universitas.
Setelah dirasa mampu untuk membaca keadaan, seorang aktivis pergerakan mahasiswa semestinya mampu untuk menuangkan pemikiran-pemikirannya ke dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca oleh orang lain di sekelilingnya sebagai upaya penyadaran pada khalayak umum terkait dengan keadaan atau isu yang terjadi. Proses yang kerapkali disebut dengan agitasi dan propaganda ini, menjadi suatu hal yang sangat penting manakala sebuah permasalahan diangkat ke publik, sebab proses itu penting untuk memberikan pemahaman kepada publik agar turut bersama ikut serta dalam upaya yang telah ada dalam pemikiran poros gerakan mahasiswa tersebut. Beragam media propaganda diefektifkan pada proses ini, tantangannya adalah, apakah orang akan membaca propaganda kita itu? Yakinilah, suka atau tidak suka, sebuah ungkapan berbicara bahwa “kemungkaran yang dilakukan lebih dari tiga kali maka akan menjadi kebenaran”, dalam artian walaupun media propaganda itu kerap ditertibkan oleh pihak kampus, namun propaganda itu terus disebar berkali-kali maka publik akan membenarkan apa yang kita sampaikan.
Setelah muncul penyadaran dari publik terhadap suatu permasalahan, maka sebuah diskusi adalah ajang berikutnya untuk memberikan penguatan lebih mendalam terhadap publik agar publik turut serta dalam gerakan yang kita lakukan. Dalam diskusi ini, kita datangkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya agar dapat dimunculkan sebuah diskusi yang objektif dengan melihat dari berbagai sudut pandang hingga dapat dicapai solusinya. Yang perlu ditekankan pada pencarian solusinya adalah konsep win-win solution dimana dicari solusi yang benar-benar menjadi jalan tengah, hilangkan segala ego yang melekat agar dapat dicari solusi yang demikian.
Jika hal tersebut diatas dapat dijalankan oleh para aktivis mahasiswa, maka gerakan mahasiswa takkan pernah pudar dan terus memiliki arti yang penting dalam dinamika kampus. Aktivis merupakan sekelompok kecil saja dari jumlah keseluruhan mahasiswa kini dimana mayoritas mahasiswa kini bersikap apatis. Namun harus pula kita yakini bahwa “Perubahan tidak dilakukan oleh orang banyak, namun perubahan dilakukan oleh orang yang sedikit namun mampu mempengaruhi orang banyak”. Walaupun jumlahnya sedikit namun mampu memberikan upaya penyadaran kepada mahasiswa lainnya terhadap fenomena yang terjadi.
Tanggung jawab dasar atau Basic Responsibility penting untuk dimiliki setiap organisasi pergerakan mahasiswa, diantaranya adalah Kaderisasi, Pelayanan, dan Sosial Kontrol. Sebuah organisasi pergerakan mahasiswa akan berakhir jika organisasi tersebut gagal untuk mendidik para penerusnya, hal tersebut untuk menjaga agar gerakan mahasiswa terus berdinamika dalam kehidupan masyarakat. Sebuah kaderisasi yang baik adalah kaderisasi ideologis, dimana kaderisasi di sini memberikan pemahaman mendasar terhadap para kadernya agar terus memperjuangkan apa yang menjadi perjuangan organisasi bersangkutan. Namun yang perlu dirubah dari sistem kaderisasi yang banyak diterapkan dewasa ini adalah, kurangi kaderisasi yang memakai cara-cara keras seperti dengan bentak-bentakan dan sebagainya sebab hal itu akan membuat para kader baru menjadi antipati terhadap pergerakan organisasi tersebut dan tak jarang hanya menjadikan orang takut bukan sadar akan pentingnya sebuah gerakan. Hal tersebut perlu dirubah menjadi kaderisasi yang berlandaskan pada upaya penyadaran, pembukaan khazanah pemikirannya agar mampu berpikir secara kritis serta mampu untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Jika hal itu mampu diwujudkan maka niscaya, gerakan mahasiswa takkan pernah kehabisan kadernya.
            Organisasi pergerakan mahasiswa pun harus pula memberikan pelayanan kepada mahasiswa lainnya yang membutuhkan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh organisasi pergerakan mahasiswa. Hal itu perlu dipahami betul, sebab pada hakekatnya organisasi pergerakan mahasiswa merupakan representasi dari seluruh mahasiswa yang ada sehingga organisasi pergerakan mahasiswa harus pula memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh para mahasiswa, dimana organisasi menjadi jembatan dengan pihak rektorat dalam segi pengambilan kebijakan. Diluar dirasakan atau tidaknya fungsi ini oleh seluruh mahasiswa kembali lagi pada dirinya masing-masing, sebab sebuah pelayanan dapat dirasakan jika yang bersangkutan memang benar-benar membutuhkan pelayanan, jika tidak butuh pelayanan maka fungsi ini akan tidak dirasakan oleh yang bersangkutan.
            Selain kedua hal yang telah disebutkan diatas, organisasi pergerakan mahasiswa harus mampu menjalankan Social Control terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan rektorat, dalam artian kebijakan yang dianggap merugikan mahasiswa sepatutnya dapat dikritik dan ditentang, begitu pula sebaliknya apabila dianggap mengakomodir mahasiswa maka sepatutnya untuk di dukung. Selain itu organisasi pergerakan mahasiswa harus mampu untuk turut menjaga dinamika gerakan mahasiswa di kampusnya agar tetap kokoh bersatu dalam satu harmoni.
            Hal tersebut diatas dapat diwujudkan oleh mahasiswa yang aktivis, lalu bagaimana caranya agar mahasiswa apatis mau bergabung dalam poros gerakan? Mahasiswa apatis cenderung tidak menyukai hal-hal yang berbau orasi atau hal semacam itu, namun ada cara yang dapat dilakukan agar mahasiswa apatis mau untuk membuka pikirannya tentang suatu permasalahan yakni dengan mengadakan suatu kegiatan yang bersifat hobisme dimana seluruh elemen mahasiswa bergabung dalam kegiatan tersebut termasuk mahasiswa apatis, baik itu dengan menjadi pelaksana ataupun hanya menjadi peserta. Hal tersebut dilakukan untuk membuat para mahasiswa apatis mau membaur dengan kawan-kawannya yang aktivis, dan mendengar informasi-informasi terkait dengan isu yang diangkat oleh gerakan mahasiswa. Hal demikian disebut dengan Diversifikasi Gerakan, yakni mengadakan kegiatan yang dapat mendatangkan banyak massa untuk kemudian digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
            Jika kesemua hal tersebut mampu dijalankan dengan baik maka yakinilah bahwa gerakan mahasiswa indonesia akan bangkit dan berjaya kembali dan tetap memiliki Bargaining Position dengan para pemangku kebijakan. Inilah saatnya bagi kita semua untuk membenahi organisasi pergerakan mahasiswa agar kembali bertaji, sebab kemana arah bangsa ini akan berjalan ditentukan oleh para generasinya saat ini. Gerakan mahasiswa harus memiliki landasan pemikiran yang ideologis/mendasar dalam menyikapi segala permasalahan yang menghadang.
HIDUP MAHASISWA!